Soalan:

Sebagai seorang suami, saya kadangkala rasa malas dan tidak bersemangat untuk bekerja. Saya tahu saya perlu menjana nafkah untuk keluarga saya, tetapi kadangkala kemalasan mengalahkan kerajinan saya. Adakah apa-apa hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dapat dijadikan motivasi kepada saya?

 

Jawapan:

Rasa rajin dan malas kerap kali melanda seseorang silih berganti, bagaikan ombak dalam kehidupan. Kadangkala kita merasa rajin, kadangkala kita merasa malas. Ia termasuk dalam pasang surut kehidupan yang dilalui oleh kebanyakan orang. Oleh itu janganlah putus asa atau merasa kecewa jika merasa malas atau tidak bermotivasi. Berdoalah kepada Allah agar diberikan kekuatan dan kerajinan untuk bekerja.

Adapun hadis sebagai motivasi, saya ingin berkongsi hadis berikut di mana Ka’ab bin Ujrah menceritakan: Ada seorang lelaki yang melintas berhampiran Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu (kami) para sahabat Rasulullah ternampak (kesan-kesan) kerja keras dan semangatnya (dalam bekerja). Lantas mereka berkata: “Wahai Rasulullah seandainya ia (bekerja itu) dilakukan di jalan Allah (fi sabilillah)?”

Rasulullah menjawab: “Jika dia keluar bekerja demi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu di jalan Allah. Jika dia keluar bekerja demi ibubapanya yang sudah tua, maka itu di jalan Allah. Jika dia keluar bekerja demi dirinya agar tidak meminta-minta (sebagai peminta sedekah), maka itu di jalan Allah. Akan tetapi jika dia keluar bekerja kerana riya’ dan berbangga diri, maka itu di jalan syaitan.” [Hadis riwayat al-Thabarani, Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no: 1692]

Apajua pekerjaan yang dilakukan demi menjana pendapatan, maka ia tetap lebih baik daripada tidak bekerja dan meminta-minta atau mengharapkan subsidi. Meskipun ia kerja yang dipandang rendah oleh masyarakat seperti mengumpul kayu api. Perhatikan hadis berikut:

Demi Allah yang diriku berada di tangan-Nya, seseorang di antara kalian yang mengambil talinya lalu mengikat kayu api dan membawa di atas bahunya adalah lebih baik daripada dia mendatangi seseorang dan meminta-minta kepadanya, sama ada orang itu memberi atau menolaknya. [Shahih al-Bukhari, no: 1378/1470]